Apakah roh cari untung sendiri, menyelewengkan keadilan, tak berbelas kasih kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menutup mata & telinga bagi orang miskin, para janda & yatim, semakin subur tumbuh dalam diri saya ?
Kesombongan dan cinta akan tampilan jadi 'trending' gaya hidup saya yg mengaku umat TUHAN ?
Apa saya perlu "nyicip'in" tongkat murka Allah dulu, baru saya sadar ?
Yes 10: 1 Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman,
Pandangan tersebut sangat mengecewakan sehubungan dengan kondisi sosial masyarakat. Dalam keinginan mereka untuk memperoleh keuntungan, manusia menambahkan rumah ke rumah dan ladang ke ladang. Lihat Yesaya 5: 8. Keadilan diselewengkan, dan tidak menunjukkan belas kasihan kepada orang miskin.
Dari kejahatan ini Tuhan menyatakan, "Rampasan orang miskin ada di rumahmu." "Kamu memukuli umat-Ku sampai berkeping-keping, dan menghancurkan wajah orang miskin." Yesaya 3:14, 15. Bahkan para hakim, yang tugasnya adalah untuk melindungi yang tak berdaya, menutup telinga terhadap tangisan orang miskin dan membutuhkan, para janda dan yatim. Lihat Yesaya 10: 1, 2. {PK 306.1}
Dengan penindasan dan kekayaan muncullah kesombongan dan cinta akan tampilan, mabuk berat, dan semangat pesta pora. Lihat Yesaya 2:11, 12; 3:16, 18-23; Yesaya 5:22, 11, 12. Dan pada zaman Yesaya, penyembahan berhala itu sendiri tidak lagi menimbulkan kejutan. Lihat Yesaya 2: 8, 9. Praktek-praktek jahat telah menjadi begitu lazim di antara semua kelas sehingga beberapa orang yang tetap setia kepada Allah sering kali tergoda untuk berkecil hati dan menyerah pada keputusasaan. Tampaknya tujuan Tuhan bagi Israel akan segera gagal dan bahwa bangsa pemberontak akan mengalami nasib yang mirip dengan Sodom dan Gomora. {PK 306,2}
Dalam menghadapi kondisi seperti itu, tidak mengherankan bahwa ketika, pada tahun terakhir pemerintahan Uzia, Yesaya dipanggil untuk menanggung pesan peringatan dan teguran dari Tuhan Yehuda, dia menolak tanggung jawab tersebut. Dia tahu betul bahwa dia akan menghadapi perlawanan keras kepala. Ketika dia menyadari ketidakmampuannya sendiri untuk menghadapi situasi dan memikirkan keras kepala dan ketidakpercayaan orang-orang yang akan dia kerjakan, tugasnya tampak tanpa harapan. Haruskah dia dengan putus asa melepaskan misinya dan membiarkan Yehuda tidak terganggu dengan penyembahan berhala mereka? Apakah dewa-dewa Niniwe memerintah bumi bertentangan dengan Tuhan surga? {PK 306,3}
Tulisan aslinya :
The outlook was particularly discouraging as regards the social conditions of the people. In their desire for gain, men were adding house to house and field to field. See Isaiah 5:8. Justice was perverted, and no pity was shown the poor. Of these evils God declared, “The spoil of the poor is in your houses.” “Ye beat My people to pieces, and grind the faces of the poor.” Isaiah 3:14, 15. Even the magistrates, whose duty it was to protect the helpless, turned a deaf ear to the cries of the poor and needy, the widows and the fatherless. See Isaiah 10:1, 2. {PK 306.1}
With oppression and wealth came pride and love of display, gross drunkenness, and a spirit of revelry. See Isaiah 2:11, 12; 3:16, 18-23; Isaiah 5:22, 11, 12. And in Isaiah’s day idolatry itself no longer provoked surprise. See Isaiah 2:8, 9. Iniquitous practices had become so prevalent among all classes that the few who remained true to God were often tempted to lose heart and to give way to discouragement and despair. It seemed as if God’s purpose for Israel were about to fail and that the rebellious nation was to suffer a fate similar to that of Sodom and Gomorrah. {PK 306.2}
In the face of such conditions it is not surprising that when, during the last year of Uzziah’s reign, Isaiah was called to bear to Judah God’s messages of warning and reproof, he shrank from the responsibility. He well knew that he would encounter obstinate resistance. As he realized his own inability to meet the situation and thought of the stubbornness and unbelief of the people for whom he was to labor, his task seemed hopeless. Should he in despair relinquish his mission and leave Judah undisturbed to their idolatry? Were the gods of Nineveh to rule the earth in defiance of the God of heaven? {PK 306.3}
Comments
Post a Comment