Tahukah saya, saat saya yang mengaku pengikut Yesus Kristus masih 'suka kambuh' keinginan duniawi lama dalam perkataan dan tindakan, maka saya sesungguhnya tidak di dalam Kristus, bahwa kasih karunia Kristus yang mengubahkan belum menyentuh jiwa saya, membentuk karakter saya, dan membersihkan kekotoran batin saya ?
Apakah saya sudah menyelidiki Kitab Suci dengan rajin agar saya dapat memiliki pemahaman tentang Kristus lah Pemilik saya, dan agar saya dapat memiliki pandangan yang jelas tentang kebenaran ?
Apakah saya sedang membiarkan diri saya terserap dalam hal-hal duniawi, gantinya hal-hal semawi ?
Sadarkah saya, dalam menerima Kristus saya tahu bahwa saya harus keluar dari dunia, dan terpisah, dan tidak menyentuh yang najis, agar saya menjadi anak-anak Allah ?
Sudahkah inkarnasi Kristus dan peranNYA sebagai Guru Agung menuntun saya makin cinta dan patuh hanya padaNYA ?
2 Kor. 5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.
.... Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. ”
Perubahan besar terjadi dalam karakter dia yang menerima Kristus; karena "jika ada orang di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru."
Ketika kita melihat orang-orang yang mengaku Kristen memanifestasikan keinginan duniawi lama dalam perkataan dan tindakan,
kita tahu bahwa mereka tidak ada di dalam Kristus, bahwa kasih karunia Kristus yang mengubahkan belum menyentuh jiwa, membentuk karakter, dan membersihkan kekotoran batin. .
Mereka kekurangan elemen esensial dari karakter Kristiani.
Mereka yang memiliki pengetahuan tentang anugerah Kristus akan merasakan kewajiban mereka kepadaNya untuk menjadi wakil dari kuasaNya bagi dunia.
Mereka akan menyadari bahwa DIA yang tidak mengenal dosa dibuat menjadi dosa bagi mereka, bahwa mereka dapat dijadikan kebenaran Yahweh di dalam diriNya.
Penghargaan atas fakta ini akan memungkinkan kita mendapatkan pandangan yang benar tentang pekerjaan Penebus kita.
Orang-orang yang benar-benar percaya akan menyadari bahwa sementara mereka dipisahkan dariNya melalui ketidaksabaran dan dosa, DIA tidak meninggalkan mereka, melainkan menjadi Perantara bagi mereka,
bahwa mereka dapat memperoleh manfaat dari keselamatan yang telah DIA beli untuk mereka dengan pengorbanan yang tak terbatas.
Dalam menerima Kristus mereka tahu bahwa mereka harus keluar dari dunia, dan terpisah, dan tidak menyentuh yang najis, agar mereka menjadi anak-anak Allah.
Mereka harus sangat mencintai Kristus.
Tidak mungkin bagi pikiran yang terbatas untuk membuat perkiraan yang tepat tentang kasih Tuhan terhadap makhluk-Nya yang jatuh.
Kita selalu berada dalam bahaya melupakan cinta yang besar ini, karena kita gagal merenungkannya, dan membiarkan diri kita terserap dalam hal-hal dunia ini.
Kita mengizinkan hati kita terbagi dengan menempatkan kasih sayang kita pada hal-hal di bawah, dan dengan demikian terpisah dari Sumber kebahagiaan sejati. Kristus harus menjadi tema pikiran kita, Objek kasih sayang kita yang paling lembut.
Kita hendaknya membiarkan pikiran kita memikirkan karakteristik berharga dari Tuhan kita; kita harus merenungkan janji-janji kaya dari firman-Nya; kita harus merenungkan kemuliaan surga.
Kita hendaknya tidak puas dengan pandangan sekilas tentang Penebus kita, tetapi pikiran kita harus dipegang oleh Tuhan dengan terus percaya pada firman-Nya.
Kita harus menyelidiki Kitab Suci dengan rajin agar kita dapat memiliki pemahaman tentang klaim yang Kristus miliki atas kita, dan agar kita dapat memiliki pandangan yang benar tentang kebenaran.
Keinginan kita harus ditundukkan, dan diselaraskan dengan kehendak Tuhan.
Apakah saya sedang berpikir untuk bunuh diri? Segera buang pikiran itu! dan langsung klik DISINI
Tulisan aslinya :
“Therefore if any man be in Christ, he is a new creature; old things are passed away; behold, all things are become new. And all things are of God, who hath reconciled us to himself by Jesus Christ, and hath given to us the ministry of reconciliation; to wit, that God was in Christ, reconciling the world unto himself, not imputing their trespasses unto them.... For he hath made him to be sin for us, who knew no sin; that we might be made the righteousness of God in him.” {ST December 8, 1890, par. 1}
A great change takes place in the character of him who accepts Christ; for “if any man be in Christ, he is a new creature.” When we see those who profess Christianity manifesting the old carnal desires in word and action, we may know that they are not in Christ, that the transforming grace of Christ has not touched the soul, moulded the character, and cleansed the defilement of the heart. They lack the essential elements of Christian character. {ST December 8, 1890, par. 2}
Those who have an experimental knowledge of the grace of Christ will feel their obligation to him to be representatives of his power to the world. They will realize that he who knew no sin was made to be sin for them, that they might be made the righteousness of God in him. An appreciation of this fact will enable us to get correct views of the work of our Redeemer. True believers will realize that while they were separated from him through impenitence and sin, he did not forsake them, but rather interceded for them, that they might have the benefits of the salvation which he had purchased for them at an infinite sacrifice. In accepting Christ they know that they must come out from the world, and be separate, and touch not the unclean, that they may be the children of God. They must love Christ supremely. It is impossible for finite minds to make a just estimate of the love of God toward his fallen creatures. We are ever in danger of forgetting this great love, because we fail to meditate upon it, and allow ourselves to become absorbed in the things of this world. We permit our hearts to be divided by placing our affections on things below, and so separate from the true Source of happiness. Christ should be the theme of our thoughts, the object of our tenderest affection. We should let our minds dwell upon the precious characteristics of our Lord; we should contemplate the rich promises of his word; we should meditate upon the glories of heaven. We should not be satisfied with but occasional glimpses of our Redeemer, but our minds should be stayed upon God by continual trust in his word. We should search the Scriptures diligently in order that we may have an understanding of the claims that Christ has upon us, and that we may have right views of the truth. Our wills must be subdued, and brought into harmony with the will of God. {ST December 8, 1890, par. 3}
Comments
Post a Comment