1 Petrus 1:18,19 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Karena hukum ilahi sama sucinya dengan Allah sendiri, hanya Satu yang setara dengan Allah yang dapat menebus pelanggarannya. Tak seorang pun kecuali Kristus yang dapat menebus manusia yang jatuh dalam kutukan hukum dan membawa mereka kembali ke dalam keselarasan dengan Surga.
Kristus akan menanggung ke atas diri-Nya kesalahan dan rasa malu karena dosa—dosa yang begitu menghina Allah yang kudus sehingga harus memisahkan Bapa dan Anak-Nya.... {CTr 30.3}
Di hadapan Bapa [Kristus] memohon demi orang berdosa, sementara penghuni surga menunggu hasilnya dengan intensitas minat yang tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Lama berlanjut adalah komunikasi misterius itu—“nasihat perdamaian” bagi umat manusia yang jatuh.
Rencana keselamatan telah diletakkan sebelum penciptaan bumi, karena Kristus adalah “Anak Domba yang disembelih sejak dunia dijadikan.” Namun itu adalah perjuangan, bahkan dengan Raja alam semesta, untuk menyerahkan Anak-Nya untuk mati bagi ras yang bersalah.... Oh, misteri penebusan!
Kasih Allah bagi dunia yang tidak mengasihi Dia! Siapa yang dapat mengetahui kedalaman cinta yang “melewati pengetahuan” itu? ... {CTr 30.4}
Allah harus dinyatakan dalam Kristus, “mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri.” Manusia telah direndahkan oleh dosa sehingga tidak mungkin bagi mereka sendiri untuk menyelaraskan diri dengan Dia yang sifatnya murni dan baik. Tetapi Kristus, setelah menebus mereka dari hukuman hukum, dapat memberikan kuasa ilahi untuk bersatu dengan usaha manusia.
Jadi dengan pertobatan kepada Allah dan iman kepada Kristus anak-anak Adam yang jatuh dapat sekali lagi menjadi “anak-anak Allah.”—Patriarchs and Prophets, 63, 64. {CTr 30.5}
Since the divine law is as sacred as God Himself, only one equal with God could make atonement for its transgression. None but Christ could redeem fallen humans from the curse of the law and bring them again into harmony with Heaven. Christ would take upon Himself the guilt and shame of sin—sin so offensive to a holy God that it must separate the Father and His Son.... {CTr 30.3}
Before the Father [Christ] pleaded in the sinner’s behalf, while the host of heaven awaited the result with an intensity of interest that words cannot express. Long continued was that mysterious communing—“the counsel of peace” for the fallen human race. The plan of salvation had been laid before the creation of the earth, for Christ is “the Lamb slain from the foundation of the world.” Yet it was a struggle, even with the King of the universe, to yield up His Son to die for the guilty race.... Oh, the mystery of redemption! The love of God for a world that did not love Him! Who can know the depths of that love that “passeth knowledge”? ... {CTr 30.4}
God was to be manifest in Christ, “reconciling the world unto himself.” Human beings had become so degraded by sin that it was impossible for them, in themselves, to come into harmony with Him whose nature is purity and goodness. But Christ, after having redeemed them from the condemnation of the law, could impart divine power to unite with human effort. Thus by repentance toward God and faith in Christ the fallen children of Adam might once more become “sons of God.”—Patriarchs and Prophets, 63, 64. {CTr 30.5}
Comments
Post a Comment