Skip to main content

Sabat, 02 Januari 2021. Krisis Kepemimpinan.

Tahukah saya 'obat penawar penyakit' banyaknya saya menghargai diri sendiri, banyaknya saya berusaha untuk mendominasi, kecenderungan untuk mengangkat diri pada kesombongan atau bahkan untuk pengakuan, untuk diri saya dikagumi manusia ?

Tahukah saya 'penyakit2 ini' bisa bikin saya 'buta' ? maukah saya disembuhkan dari 'penyakit2' macam begini ?

Harusnya saya sudah tahu & paham apa yang TUHAN inginkan saya hidupkan sebagai orang kristen, sebagai pengikutNYA ?

Pada akhirnya, saya akan tahu bahwa 'penyakit2' itu mampu memicu krisis kepemimpinan ?

Yesaya 6:1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.

Marilah kita melihat dan mempelajari Yesaya pasal enam:  "Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.

Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.

Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: 'Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!'

Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap." {RH 18 Februari 1896, par. 1}

Ini adalah wahyu kemuliaan keilahian Kristus. Perhatikan kerendahan hati serafim di hadapanNya. Dengan sayap mereka menutupi wajah dan kaki mereka. Mereka ada di hadapan Yesus. Mereka melihat kemuliaan Tuhan, — Raja dalam kemuliaanNya, —dan mereka menutupi diri mereka sendiri. 

Dan apa pengaruh pandangan tentang kemuliaan Tuhan ini atas pikiran nabi?

Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."

Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.

Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" {RH 18 Februari 1896, par. 2}

Menyaksikan kemuliaan Anak Allah menyebabkan nabi itu sendiri tampak sangat tidak penting. Dia tidak merasakan apa-apa selain kehinaan atas dirinya sendiri. “Aku membenci diriku sendiri! Celakalah aku, karena aku belum selesai. ”

Semakin dekat kita memandang Tuhan Yesus dalam kemurnian dan keindahan-Nya, semakin kurang kita menghargai diri sendiri, semakin sedikit kita berusaha untuk mendominasi, atau bahkan untuk pengakuan. 

Ketika terang Yesus mengungkapkan kelainan bentuk jiwa kita, tidak akan ada keinginan untuk mengangkat diri kita ke dalam kesia-siaan. 

Penampilan diri paling tidak menyenangkan. Semakin terus-menerus orang berdosa memandang Yesus, semakin sedikit ia melihat dirinya sendiri untuk dikagumi, dan jiwanya bersujud di hadapan Tuhan dalam penyesalan. {RH 18 Februari 1896, par. 3}

Begitu banyak yang memiliki perasaan puas diri ini, dan menunjukkan kecenderungan untuk mengangkat diri pada kesombongan, dengan demikian memberikan bukti bahwa mereka mengenakan kain kotor dari kebenaran diri mereka sendiri. 

Jika mereka tidak dengan tekun mencari urapan surgawi, mereka tidak akan, tidak bisa, melihat Yesus. 

Mereka juga tidak dapat melihat kemiskinan mereka sendiri. Cacat spiritual mereka tersembunyi dari mata mereka. 

Mereka memiliki nama untuk hidup, tetapi tidak memberikan bukti sedikit pun bahwa hidup mereka berasal dari Tuhan. 

Kehidupan spiritual yang sejati adalah cerminan dari kehidupan Kristus. Kelemahlembutan dan kerendahan hati Juruselamat kita terlihat dalam kehidupan sehari-hari para murid sejati-Nya. 

Kelembutan Kristus terungkap. Kehidupan seperti itu terus-menerus berbicara tentang cintaNya, dan menceritakan tentang kekuatan kasih karunia-Nya. 

Dalam memandang Kristus, ada perubahan terus-menerus yang dilakukan dalam diri manusia; percakapannya menjadi harum dengan rahmat ilahi. {RH 18 Februari 1896, par. 4}

Tulisan aslinya :

Let us look at and study the sixth chapter of Isaiah: “In the year that king Uzziah died I saw also the Lord sitting upon a throne, high and lifted up, and his train filled the temple. Above it stood the seraphim; each one had six wings; with twain he covered his face, with twain he covered his feet, and with twain he did fly. And one cried unto another, and said, Holy, holy, holy, is the Lord of hosts; the whole earth is full of his glory. And the posts of the door moved at the voice of him that cried, and the house was filled with smoke.” {RH February 18, 1896, par. 1}

This was a revelation of the glory of Christ’s divinity. Note the humility of the seraphim before him. With their wings they veiled their faces and their feet. They were in the presence of Jesus. They saw the glory of God,—the King in his beauty,—and they covered themselves. And what effect did this view of the Lord’s glory have upon the mind of the prophet? “Then said I, Woe is me! for I am undone; because I am a man of unclean lips, and I dwell in the midst of a people of unclean lips; for mine eyes have seen the King, the Lord of hosts. Then flew one of the seraphim unto me, having a live coal in his hand, which he had taken with the tongs from off the altar; and he laid it upon my mouth, and said, Lo, this hath touched thy lips; and thine iniquity is taken away, and thy sin purged. Also I heard the voice of the Lord, saying, Whom shall I send, and who will go for us? Then said I, Here am I; send me.” {RH February 18, 1896, par. 2}

Beholding the glory of the Son of God caused the prophet himself to appear very insignificant. He felt nothing but contempt for himself. “I abhor myself! Woe is me, for I am undone.” The more closely we view the Lord Jesus in his purity and loveliness, the less will we esteem self, the less will we strive for the mastery, or even for recognition. When the light of Jesus reveals the deformity of our souls, there will be no desire to lift up ourselves unto vanity. The appearance of self is most unpleasing. The more continuously the sinful man looks upon Jesus, the less he sees in himself to admire, and his soul is prostrated before God in contrition. {RH February 18, 1896, par. 3}

So many have this self satisfied feeling, and manifest this inclination to uplift self unto vanity, thus giving evidence that they are clothed with the filthy rags of their own self righteousness. If they do not seek most diligently for the heavenly anointing, they will not, cannot, see Jesus. Neither can they see their own poverty. Their spiritual defects are hidden from their eyes. They have a name to live, but give not the slightest evidence that their life proceeds from God. The true spiritual life is a reflection of the life of Christ. The meekness and lowliness of our Saviour are apparent in the daily lives of his true disciples. The gentleness of Christ is revealed. Such a life is constantly speaking of his love, and telling of the power of his grace. In beholding Christ, there is a continual change wrought in the human agent; his conversation is made fragrant with divine grace. {RH February 18, 1896, par. 4}


Comments

Popular posts from this blog

Sabtu, 31 Oktober 2020. Lebih Banyak lagi Pelajaran dari Guru Agung

Bartimeus yg buta rindu bertemu Yesus Kristus utk disembuhkan dan berhasil bertemu dan disembuhkan, namun banyak orang yang bisa melihat yang tidak mampu bertemu Juruselamat dunia ? apa saya sungguh membutuhkan Yesus Kristus dalam hidup saya atau saya hanya sekadar orang yg bisa melihat tapi 'buta' akan kebutuhan Juruselamat (tahukah saya kenapa saya masih 'buta' sampai hari ini) ? Orang Farisi dan para 'guru2 spiritual' yg handal dlm mengajarkan firman, para ahli2 kitab tidak dapat melihat keindahan di dalam Yesus Kristus, mereka nampaknya melihat tapi 'buta' juga ? Yesus yang mana sesungguhnya yg sdg saya 'pandang' ? Yesus Kristus atau 'Yesus' yang lain (another Jesus) yg menginspirasi 'lifestyle' saya ? Tahukah saya, saat saya 'memandang' maka saya akan diubahkan serupa dengan yg saya 'pandang' ? Sadarkah saya, jika saya 'memandang' Yesus Kristus yang biasa berpakaian sederhana dan hidup sederhana, maka ...

Rabu, 21 Juli 2021. Sesuatu yang Baru

Saya wajib mengakui semua dosa saya, jangan ada yang tersisa yang disembunyikan ? Dengan mengakui dosa kepada Allah dan juga kepada sesama manusia, saya telah mati bagi diri sendiri dan Kristus muncul dalam hidup saya ? Saya wajib memeriksaan diri, mencari firmanNya dalam Kitab Suci, dan doa yang rendah hati, dengan bantuan Roh Kudus saya akan dimampukan melihat kesalahan saya untuk segera diperbaiki dan saya akan dimampukanNya memahami tipu daya kuasa kegelapan yg menipu itu ? Kata-kata Daud adalah doa dari jiwa yang bertobat: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.  Sesungguhnya, dal...

Minggu, 19 September 2021.

Youtube Thumbnail Image https://staticdotwixstaticdotcom/media/7eeb4b_13ec61aa7d6449859eeb1f37d59f660e~mv2dotjpg/v1/fill/w_350,h_350,al_c,q_90/7eeb4b_13ec61aa7d6449859eeb1f37d59f660e~mv2dotjpg Sebagaimana Yesus Kristus, melalui roh Kristus memperhatikan & memelihara Yohanes di pulau Patmos, juga semua umatNya yang tersisa yang tercerai-berai—ada yang di gunung, ada yang diasingkan, ada yang dikejar, ada yang dianiaya, Roh Kristus yang sama juga melayani, memperhatikan & memelihara gerejaNya dan umatNya yang sisa sampai hari ini, menggenapi janjiNya, “Sesungguhnya, Aku menyertai kamu selalu, bahkan sampai akhir zaman.” Matius 28:20 Yohanes, diasingkan di Pulau Patmos, ... mendengar suara yang berkata, "Aku adalah Alfa dan Omega, yang pertama dan yang terakhir" (Wahyu 1:11). Mendengar suara itu, Yohanes jatuh tersungkur seolah mati.  Dia tidak mampu melihat kemuliaan Ilahi. Tetapi sebuah tangan mengangkat Yohanes, dan suara yang dia ingat sebagai suara Tuannya. Ia dikua...