Mustinya saya sudah tahu ada sikap merendahkan diri dalam perkataan, yang sebenarnya mengharapkan pujian dan penghargaan dari orang lain ?
Apakah saya sesungguhnya sedang melakonkan kerendahan hati yang samar, yang pada dasarnya didorong oleh hati yang penuh dengan kesombongan dan harga diri ?
Kerendahan hati & diri macam inikah yang TUHAN mau dari saya ?
'Cermin' macam apa yang wajib saya pandang setiap hari agar saya beroleh kerendahan diri & hati yg murni yg DIA harapkan saya hidupkan agar terhindar dari krisis kepemimpinan spiritual dalam diri saya ?
Terjemahan bebas roh nubuat mengamarkan :
Maka dari itu, ketika hamba Tuhan diijinkan untuk melihat kemuliaan Tuhan surga, sebagaimana Dia singkapkan kepada umat manusia, dan menyadari sedikit kemurnian Yang Mahakudus Yang Mahakudus Israel, dia akan membuat pengakuan yang mengejutkan atas cemarnya. jiwa, bukan bangga membanggakan kesuciannya.
Dalam rasa hina yang dalam, Yesaya berseru, “"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
Ini bukanlah kerendahan hati yang sukarela dan sikap mencela diri yang merendahkan yang oleh banyak orang tampaknya dianggapnya sebagai kebajikan untuk ditampilkan. Sikap kerendahan hati yang samar-samar yang didorong oleh hati yang penuh dengan kesombongan dan harga diri.
Ada banyak orang yang merendahkan diri dalam perkataan, yang akan kecewa jika tindakannya ini tidak memunculkan pujian dan penghargaan dari orang lain.
Tapi keyakinan nabi itu asli. Karena umat manusia, dengan kelemahan dan kecacatannya, dipertentangkan dengan kesempurnaan kekudusan ilahi dan terang dan kemuliaan, dia merasa sama sekali tidak efisien dan tidak berharga.
Bagaimana dia bisa pergi dan berbicara kepada orang-orang tentang tuntutan kudus Yehuwa, yang tinggi dan ditinggikan, dan kereta siapa yang memenuhi bait?
Sementara Yesaya gemetar dan hati nuraninya hancur, karena ketidakmurniannya di hadapan kemuliaan yang tak tertandingi ini, Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (The Review and Herald, 16 Oktober 1888). {4BC 1140.2}
Tulisan aslinya :
Thus when the servant of God is permitted to behold the glory of the God of heaven, as He is unveiled to humanity, and realizes to a slight degree the purity of the Holy One of Israel, he will make startling confessions of the pollution of his soul, rather than proud boasts of his holiness.
In deep humiliation Isaiah exclaimed, “Woe is me! for I am undone; because I am a man of unclean lips: ... for mine eyes have seen the king, the Lord of hosts.”
This is not that voluntary humility and servile self-reproach that so many seem to consider it a virtue to display.
This vague mockery of humility is prompted by hearts full of pride and self-esteem.
There are many who demerit themselves in words, who would be disappointed if this course did not call forth expressions of praise and appreciation from others. But the conviction of the prophet was genuine. As humanity, with its weakness and deformity, was brought out in contrast with the perfection of divine holiness and light and glory, he felt altogether inefficient and unworthy. How could he go and speak to the people the holy requirements of Jehovah, who was high and lifted up, and whose train filled the temple? While Isaiah was trembling and conscience-smitten, because of his impurity in the presence of this unsurpassed glory, he said, “Then flew one of the seraphim unto me, having a live coal in his hand, which he had taken with the tongs from off the altar; and he laid it upon my mouth, and said, Lo, this hath touched thy lips; and thine iniquity is taken away, and thy sin purged. Also I heard the voice of the Lord, saying, Whom shall I send, and who will go for us? Then said I, Here am I; send me” (The Review and Herald, October 16, 1888). {4BC 1140.2}
Comments
Post a Comment