Tahukah saya, kebijaksanaan, kemahsyuran, kekuasaan, kekayaan dan bahkan kesetiaan melayani TUHAN, tidak jadi jaminan bagi saya utk tidak terpapar dosa dan jatuh terkapar didalamnya ?
Kenapa Salomo sangat perhatian kepada orang muda agar tidak terjebak dalam kehidupan yg seperti dia pernah lalui ?
Apa rahasianya agar saya tidak mengulangi perbuatan orang paling bijak yg pernah hidup yg terpapar dosa dan jatuh terkapar didalamnya itu ?
Adakah sesungguhnya yg bisa saya banggakan saat saya dilihat orang setia melayani TUHAN ?
Akhirnya sudah pahamkah saya pekabaran Allah sepenuhnya ?
Pengkhotbah 12:14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.
“Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat" Ayat 13, 14. {PK 80.1}
Tulisan Salomo mengungkapkan bahwa ketika dia semakin menyadari kejahatan yang dilakukannya, dia memberikan perhatian khusus untuk memperingatkan kaum muda agar tidak jatuh ke dalam kesalahan yang telah membuatnya menyia-nyiakan hadiah Surga.
Dengan kesedihan dan rasa malu dia mengakui bahwa di puncak kedewasaan, ketika dia seharusnya menemukan Tuhan sebagai penghiburan, dukungannya, hidupnya, dia justru berpaling dari cahaya Surga dan hikmat Tuhan, dan menempatkan penyembahan berhala di tempat penyembahan bagi Yehuwa.
Dan sekarang, setelah belajar melalui pengalaman sedih kebodohan hidup yg seperti itu, keinginannya yang besar adalah untuk menyelamatkan orang lain agar tidak memasuki pengalaman pahit yang telah dia lalui. {PK 80.2}
Tidak hanya bagi kaum muda, tetapi bagi mereka yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang menuruni bukit kehidupan dan menghadap matahari barat, kehidupan Salomo penuh dengan peringatan.
Kita melihat dan mendengar kegoyahan di masa muda, orang muda yang bimbang antara benar dan salah, dan arus nafsu jahat terbukti terlalu kuat bagi mereka.
Di tahun-tahun yang lebih dewasa, kita tidak lagi mencari ketidakstabilan dan ketidaksetiaan ini; kita mengharapkan karakter yang terbentuk, prinsip-prinsip yang berakar kuat.
Tetapi nyatanya tidak selalu demikian.
Ketika Salomo seharusnya memiliki karakter sebagai pohon ek yang kokoh, dia jatuh di bawah kekuatan pencobaan.
Ketika kekuatannya seharusnya menjadi yang terkuat, dia ternyata ditemukan yang paling lemah. {PK 82.2}
Dari contoh-contoh seperti itu kita harus belajar bahwa dalam berjaga-jaga dan berdoa adalah satu-satunya keselamatan bagi orang tua dan muda.
Keamanan tidak terletak pada posisi yang diagungkan dan hak istimewa yang besar.
Seseorang mungkin selama bertahun-tahun menikmati pengalaman Kristen yang sejati, tetapi dia masih dihadapkan pada serangan Setan.
Dalam pertempuran melawan dosa batiniah dan godaan lahiriah, bahkan Salomo yang bijaksana dan berkuasa pun kalah.
Kegagalannya mengajarkan kita bahwa, apa pun kualitas intelektual seseorang, dan betapapun setia dia melayani Tuhan di masa lalu, dia tidak akan pernah bisa merasa aman percaya pada kebijaksanaan dan integritasnya sendiri. {PK 82.3}
Tulisan aslinya :
“Fear God, and keep His commandments: for this is the whole duty of man. For God shall bring every work into judgment, with every secret thing, whether it be good, or whether it be evil.” Verses 13, 14. {PK 80.1}
Solomon’s later writings reveal that as he realized more and still more the wickedness of his course, he gave special attention to warning the youth against falling into the errors that had led him to squander for nought Heaven’s choicest gifts. With sorrow and shame he confessed that in the prime of manhood, when he should have found God his comfort, his support, his life, he turned from the light of Heaven and the wisdom of God, and put idolatry in the place of the worship of Jehovah. And now, having learned through sad experience the folly of such a life, his yearning desire was to save others from entering into the bitter experience through which he had passed. {PK 80.2}
Not only to the youth, but to those of mature years, and to those who are descending the hill of life and facing the western sun, the life of Solomon is full of warning. We see and hear of unsteadiness in youth, the young wavering between right and wrong, and the current of evil passions proving too strong for them. In those of maturer years, we do not look for this unsteadiness and unfaithfulness; we expect the character to be established, the principles firmly rooted. But this is not always so. When Solomon should have been in character as a sturdy oak, he fell from his steadfastness under the power of temptation. When his strength should have been the firmest, he was found to be the weakest. {PK 82.2}
From such examples we should learn that in watchfulness and prayer is the only safety for both young and old. Security does not lie in exalted position and great privileges. One may for many years have enjoyed a genuine Christian experience, but he is still exposed to Satan’s attacks. In the battle with inward sin and outward temptation, even the wise and powerful Solomon was vanquished. His failure teaches us that, whatever a man’s intellectual qualities may be, and however faithfully he may have served God in the past, he can never with safety trust in his own wisdom and integrity. {PK 82.3}
Comments
Post a Comment