Apakah Kasih Pengorbanan Diri Yesus sudah menyatu dalam hidup saya sehingga memampukan saya jadi teladan bagi orang lain ?
Tahukah saya, dengan hidup yang diselaraskan dgn kehendakNya, saya dimampukanNya mencapai kesempurnaan yang DIA wajibkan utk saya raih dan Paulus menunjukkan bagaimana itu bisa dicapai ? (jadi 'gak ada alasan buat saya utk bilang 'gak bisa)
Apakah saya sudah sampai titik "merelakan diri" utk dibentuk sesuai kehendakNYA atau 'gak rela (mau2nya saya sendiri 'aja) ? apakah saya yang atur TUHAN atau TUHAN yang atur saya ? TUHAN ikuti mau saya atau saya yang ikuti mauNYA ? atau kompromi ('emangnya ada) ?
Sadarkah saya, saya wajib menyerahkan semua dan melakukan segalanya untuk Kristus karena DIA tidak terima pelayanan yang terbagi (tdk terima kalau saya punya 2 tuan) ?
Sudahkah saya setiap hari belajar arti dari penyerahan diri ? atau justru semakin gemar mengandalkan diri ?
Apa hubungannya semua ini dgn persiapan saya menghadapi ujian akhir keimanan saya ? menghadapi masa sukar yg blm pernah terjadi sebelumnya yg sudah makin mendekat ? mampukah saya 'melihat'nya ?
Apa sesungguhnya motif yang mengilhami perkataan dan tindakan saya sampai hari ini ?
Apakah saya mempertahankan dengan teguh kesetiaan saya hanya kepadaNYA saja berapapun 'harganya' ? harga mati atau masih bisa ditawar ?
Dan pada akhirnya apakah Kasih Pengorbanan Diri Yesus sudah berbuah dalam hidup saya hari ini yg bisa menuntun orang lain datang kepadaNYA ?
Filipi 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Sebagai teladan mereka dalam kehidupan Kristen, Paulus mengarahkan orang Filipi kepada Kristus, yang, "walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" {AA 481.2}
“Karenanya, sdr2 yang kekasih,” dia melanjutkan, “sebagaimana kamu selalu patuhi, tidak saja di hadapanku saja, tetapi sekarang lebih banyak lagi dalam ketidakhadiranku, kerjakan keselamatanmu sendiri dengan takut dan gentar. Karena Tuhanlah yang bekerja di dalam kamu baik untuk kemauan maupun untuk melakukan kesenanganNya yang baik.
Lakukan segala sesuatu tanpa gumaman dan perselisihan: agar kamu tidak bercela dan tidak berbahaya, para anak2 Allah, tanpa teguran, di tengah-tengah bangsa yang bengkok dan sesat, di antaranya kamu bersinar seperti terang di dunia; memegang firman kehidupan; agar aku bersukacita pada hari Kristus, bahwa aku tidak berlari dengan sia-sia, tidak juga bekerja dengan sia-sia. " {AA 481.3}
Kata-kata ini dicatat untuk membantu setiap jiwa yang berjuang.
Paulus menjunjung standar kesempurnaan dan menunjukkan bagaimana itu bisa dicapai. “Kerjakan keselamatanmu sendiri,” katanya, “karena Allahlah yang bekerja di dalam kamu.” {AA 482.1}
Pekerjaan keselamatan adalah sebuah kerja sama, operasi bersama.
Harus ada kerjasama antara Tuhan dan orang berdosa yang bertobat.
Hal ini diperlukan untuk pembentukan prinsip-prinsip yang benar dalam karakter.
Manusia harus melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengatasi apa yang menghalangi dia untuk mencapai kesempurnaan.
Tapi dia sepenuhnya bergantung pada Tuhan untuk bisa berhasil mencapainya.
Upaya manusia sendiri tidak cukup. Tanpa bantuan kekuatan ilahi itu tidak ada gunanya.
Tuhan bekerja dan manusia bekerja.
Melawan pencobaan harus datang dari manusia, yang harus memperoleh kekuatannya dari Tuhan.
Di sisi yg lain ada kebijaksanaan, kasih sayang, dan kekuatan yang tak terbatas; di sisi lainnya, ada kelemahan, keberdosaan, ketidakberdayaan yg mutlak. {AA 482.2}
Tuhan ingin kita menguasai diri. Tetapi Dia tidak dapat membantu kita tanpa persetujuan dan kerjasama kita.
Roh ilahi bekerja melalui kekuatan dan kemampuan yang diberikan kepada manusia.
Tentang diri kita sendiri, kita tidak dapat menyelaraskan tujuan dan keinginan serta kecenderungan dengan kehendak Tuhan; tetapi jika kita “merelakan diri,” Juruselamat akan menyelesaikan ini bagi kita,
“Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” 2 Korintus 10: 5. {AA 482.3}
Orang yang membangun karakter yang kuat dan simetris, dia yang akan menjadi seorang Kristen yang seimbang, wajib menyerahkan semua dan melakukan segalanya untuk Kristus;
karena Penebus tidak akan menerima layanan terbagi.
Setiap hari dia harus belajar arti dari penyerahan diri.
Dia harus mempelajari firman Tuhan, mempelajari artinya dan menaati isinya.
Dengan demikian ia dapat mencapai standar keunggulan Kristen.
Hari demi hari Tuhan bekerja bersamanya, menyempurnakan karakter yang siap berdiri di saat ujian akhir.
Dan hari demi hari orang percaya mengerjakannya di hadapan manusia dan malaikat percobaan yang luhur, menunjukkan apa yang Injil dapat lakukan bagi manusia yang jatuh. {AA 483.1}
Paulus melakukan banyak hal. Sejak dia memberikan kesetiaannya kepada Kristus, hidupnya dipenuhi dengan pelayanan yang tak kenal lelah.
Dari kota ke kota, dari negara ke negara, dia melakukan perjalanan, menceritakan kisah tentang salib, memenangkan orang yang bertobat kepada Injil, dan mendirikan gereja.
Untuk gereja-gereja ini dia memiliki perhatian yang konstan, dia menulis banyak surat instruksi kepada mereka.
Kadang-kadang dia bekerja di perdagangannya untuk mencari nafkah sehari-hari.
Tetapi dalam semua kesibukan hidupnya, Paulus tidak pernah kehilangan satu tujuan yang besar — untuk terus maju menuju hadiah dari panggilannya.
Satu tujuan dia pertahankan dengan teguh di hadapannya — untuk setia kepada Dia yang di gerbang Damaskus telah menampakkan diri-Nya kepadanya.
Dari tujuan ini tidak ada yang memiliki kekuatan untuk mengesampingkannya. Untuk memuliakan salib Kalvari — inilah motif yang sangat menarik yang mengilhami perkataan dan tindakannya. {AA 483.3}
Tulisan aslinya :
As their example in the Christian life, Paul pointed the Philippians to Christ, who, “being in the form of God, thought it not robbery to be equal with God: but made Himself of no reputation, and took upon Him the form of a servant, and was made in the likeness of men: and being found in a fashion as a man, He humbled Himself, and became obedient unto death, even the death of the cross.” {AA 481.2}
“Wherefore, my beloved,” he continued, “as ye have always obeyed, not as in my presence only, but now much more in my absence, work out your own salvation with fear and trembling. For it is God which worketh in you both to will and to do His good pleasure. Do all things without murmurings and disputings: that ye may be blameless and harmless, the sons of God, without rebuke, in the midst of a crooked and perverse nation, among whom ye shine as lights in the world; holding forth the word of life; that I may rejoice in the day of Christ, that I have not run in vain, neither labored in vain.” {AA 481.3}
These words were recorded for the help of every striving soul. Paul holds up the standard of perfection and shows how it may be reached. “Work out your own salvation,” he says, “for it is God which worketh in you.” {AA 482.1}
The work of gaining salvation is one of copartnership, a joint operation. There is to be co-operation between God and the repentant sinner. This is necessary for the formation of right principles in the character. Man is to make earnest efforts to overcome that which hinders him from attaining to perfection. But he is wholly dependent upon God for success. Human effort of itself is not sufficient. Without the aid of divine power it avails nothing. God works and man works. Resistance of temptation must come from man, who must draw his power from God. On the one side there is infinite wisdom, compassion, and power; on the other, weakness, sinfulness, absolute helplessness. {AA 482.2}
God wishes us to have the mastery over ourselves. But He cannot help us without our consent and co-operation. The divine Spirit works through the powers and faculties given to man. Of ourselves, we are not able to bring the purposes and desires and inclinations into harmony with the will of God; but if we are “willing to be made willing,” the Saviour will accomplish this for us, “Casting down imaginations, and every high thing that exalteth itself against the knowledge of God, and bringing into captivity every thought to the obedience of Christ.” 2 Corinthians 10:5. {AA 482.3}
He who would build up a strong, symmetrical character, he who would be a well-balanced Christian, must give all and do all for Christ; for the Redeemer will not accept divided service. Daily he must learn the meaning of self-surrender. He must study the word of God, learning its meaning and obeying its precepts. Thus he may reach the standard of Christian excellence. Day by day God works with him, perfecting the character that is to stand in the time of final test. And day by day the believer is working out before men and angels a sublime experiment, showing what the gospel can do for fallen human beings. {AA 483.1}
Paul did many things. From the time that he gave his allegiance to Christ, his life was filled with untiring service. From city to city, from country to country, he journeyed, telling the story of the cross, winning converts to the gospel, and establishing churches. For these churches he had a constant care, and he wrote many letters of instruction to them. At times he worked at his trade to earn his daily bread. But in all the busy activities of his life, Paul never lost sight of one great purpose—to press toward the prize of his calling. One aim he kept steadfastly before him—to be faithful to the One who at the gate of Damascus had revealed Himself to him. From this aim nothing had power to turn him aside. To exalt the cross of Calvary—this was the all-absorbing motive that inspired his words and acts. {AA 483.3}
Comments
Post a Comment