Sudah sekian lama saya ikut Yesus Kristus, apa masih gemar untuk tampil, siap untuk bersaing utk jadi yang tertinggi ?
Dia yang belajar tentang Kristus mengosongkan diri, kesombongan, cinta supremasi, dan ada keheningan dalam jiwa. Sudahkah saya belajar tentang Kristus dan menghidupkan pelajaran itu ? atau saya masih gemar lakukan kebalikan dari pelajaran itu ?
Layakkah saya menjadi saksiNya yang rendah hati ?
"Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2: 19, 20).
Yesus mengosongkan diri-Nya, dan dalam semua yang Dia lakukan diri sendiri tidak muncul. Dia patuh pada kehendak Bapa-Nya. Ketika misi-Nya di bumi hampir berakhir, Dia dapat berkata, "Aku telah memuliakan-Mu di bumi: Aku telah menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan untuk Aku lakukan." Dan Dia meminta kita, “Belajarlah tentang Aku; karena Aku lemah lembut dan rendah hati. "
"Jika ada orang yang akan datang setelah Aku, biarkan dia menyangkal dirinya sendiri", dan tidak meninggikan diri
Dia yang memandang Kristus dalam penyangkalan diri-Nya, kerendahan hati-Nya, akan dibatasi untuk mengatakan, seperti yang dilakukan Daniel ketika dia melihat Yang Satu seperti Anak Manusia, “Kemolekanku berubah dalam diri menjadi kerusakan.”
... Sifat manusia selalu berjuang untuk tampil, siap untuk bersaing; tetapi dia yang belajar tentang Kristus mengosongkan diri, kesombongan, cinta supremasi, dan ada keheningan dalam jiwa.
Diri diserahkan pada kuasa Roh Kudus. Maka kita tidak ingin mendapatkan tempat tertinggi. Kita tidak berambisi untuk minta diperhatikan, diutamakan; tetapi kita merasa bahwa tempat tertinggi kita ada di kaki Juruselamat kita.
Kita memandang Yesus, menunggu tangan-Nya memimpin, mendengarkan suara-Nya untuk membimbing.
Rasul Paulus memiliki pengalaman ini, dan dia berkata, “Aku disalibkan bersama Kristus: bagaimanapun juga aku hidup; namun bukan aku, tetapi Kristus yang tinggal di dalam aku; dan hidup yang sekarang aku jalani dalam daging, aku hidup oleh iman dari Anak Allah, yang mencintaiku, dan memberikan diri-Nya untukku. ”
Tulisan aslinya :
Jesus emptied Himself, and in all that He did self did not appear. He subordinated all things to the will of His Father. When His mission on earth was about to close, He could say, “I have glorified Thee on the earth: I have finished the work which Thou gavest Me to do.” And He bids us, “Learn of Me; for I am meek and lowly in heart.” “If any man will come after Me, let him deny himself”; let self be dethroned, and no longer hold the supremacy of the soul. {MYP 162.1}
He who beholds Christ in His self-denial, His lowliness of heart, will be constrained to say, as did Daniel when he beheld One like the sons of men, “My comeliness was turned in me into corruption.” ... Human nature is ever struggling for expression, ready for contest; but he who learns of Christ is emptied of self, of pride, of love of supremacy, and there is silence in the soul. Self is yielded to the disposal of the Holy Spirit. Then we are not anxious to have the highest place. We have no ambition to crowd and elbow ourselves into notice; but we feel that our highest place is at the feet of our Saviour. We look to Jesus, waiting for His hand to lead, listening for His voice to guide. The apostle Paul had this experience, and he said, “I am crucified with Christ: nevertheless I live; yet not I, but Christ liveth in me; and the life which I now live in the flesh, I live by the faith of the Son of God, who loved me, and gave Himself for me.”—Thoughts From the Mount of Blessing, 14, 15. {MYP 162.2}
Comments
Post a Comment